Renungan Penata Hidup – Memilih Tempat dan Pribadi yang Tepat

RENUNGAN PENATA KEHIDUPAN

MEMILIH TEMPAT DAN PRIBADI YANG TEPAT

“…tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.”

1 Samuel 30:6

Dalam Renungan Penata Hidup, menjalani kehidupan ini, banyak hal yang sulit untuk diprediksi bahkan kadang ada perubahan mendadak tanpa di pikirkan dan tanpa di duga.  Perubahan ini bisa menggembirakan tetapi tidak jarang malah membawa kesusahan dan kepedihan.  Perubahan yang menggembirakan sekalipun mendadak jauh lebih siap daripada perubahan buruk yang melanda.

Manusia, sebagai makhluk ciptaan yang sempurna, memiliki daya pikir, kecerdasan dan kreativitas di segala bidang pun tidak mampu dan sering tidak siap atas adanya kejadian buruk dan tragis yang mungkin terjadi secara mendadak.  Contoh riilnya: seorang pembalap motor atau mobil yang sedang balapan di sirkuit tidak pelak terjadi “crash” dalam balapan tersebut, kadang fatal juga.  Padahal sirkuit tersebut dirancang oleh ahli, diperhitungkan dengan matang, dikerjakan dengan material terbaik. Sekalipun demikian, kecelakaan bisa saja terjadi.  Sementara para pembalap adalah orang-orang terlatih, jago dalam mengendarai kendaraannya namun ada saja kejadian mendadak di luar dugaan yang bisa menyebabkan kecelakaan.

Menilik dari bacaan dalam 1 Samuel 30:1-20, menceritakan kejadian pedih yang di alami Daud dengan gerombolannya.  Dalam pasal 29 diceritakan kalau Duad sudah di tolak menggabungannya dengan tentara Filistin yang sedang dalam misi  memerangi musuh-musuhnya, bukan karena kesalahan atau ketidakmampuan dalam berperang tetapi karena ketidaksukaan panglima-panglima tentara gabungan Filistin. Akhis, raja Filistinpuntidak berdaya mencegah panglima untuk menolak keterlibatan Daud dan kawan-kawannya.

Ketika undur dari raja Filistin, kejadian tragis menimpa Daud dan rombongannya.  Ternyata tentara Filistin telah memusnahkan Ziklag tempat keluarga Daud dan gerombolannya tinggal.  Bukan hanya kota itu telah habis di bakar tetapi istri-istri dan anak-anak Daud beserta rombongannya telah tertawan oleh tentara yang sebelumnya Daud bantu.  Kepedihan itu bukan kesusahan biasa tetapi juga menjadi ancaman bagi Daud sebagai pemimpin rombongan itu.  Anggotanya mengancam akan melempari Daud dengan batu.  Padahal kejadian itu juga kesusahan Daud.

Kesusahan yang sedang di alami secara berjamaah itu, menjadi lebih berat di hadapi Daud karena tambah dengan ancaman teman-temannya.  Dari sinilah kita belajar bagaimana kesusahan, kepedihan, tekanan hidup yang begitu berat yang sedang di alami telah menguras air mata, menghabiskan kata-kata dan menstop semua daya pikir.

Renungan dari Kutipan Ayat 6 dari 1 Samuel 30

Renungan Penata Hidup dalam kutipan ayat 6 dari 1 Samuel 30 tadi, menghadapi segala yang sedang berkecamuk, campur aduk, gundah gulana dan lain sebagainya, Daud memilih menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, hebat!!!. Apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dalam peristiwa tersebut, sehingga kita siap dan mengambil keputusan yang tepat.  Jangan sampai sudah terpuruk,ada di lembah kekelaman atau ada dalam kesusahan yang berat salah mengambil sikap dan keputusan sehingga jatuh kedalam kesusahan yang lebih tragis:

1. Ingatlah bahwa dalam hidup ini tidak sepenuhnya kita bisa atur dan rencanakan secara pribadi.

Dalam renungan ini, sadar atau tidak, seharusnya kita bisa sesadar-sadarnya bahwa kita bisa merencanakan, menghitung dengan bijak atas semua langkah dan keputusan. Namun ada hal-hal lain di luar diri kita yang bisa mengubah arah, menghambat bahkan menghancurkan.  Memang bikin shock, terkaget-kaget, mengaduh dan menangis. Tetapi inilah hidup.

2. Dalam menjalani hidup, jangan lupa mempersiapkan diri ketika harus menghadapi situasi sulit, atau dalam titik terendah.

Ada pepatah: “Kecil dimanja-manja, besar kaya raya, mati masuk Sorga.”  Pasti banyak orang yang tahu, menginginkan, mencita-citakan.  Minimal memimpikan.  Memang indah pepatah itu, namun demikian banyak yang jadi korban ketika cita-cita itu tidak menjadi kenyataan.  Kata yang populer saat ini dalam menghadapi kemungkinan buruk atau bencana adalah “Mitigasi.”  Persiapkan diri ketika hal buruk/bencana mengancam, baik di siang hari ketika risiko lebih kecil atau di saat malam ketika terlelap tidur.

3. Kadang sudah terpuruk malah mengambil keputusan yang lebih buruk.

Di dunia ini ada banyak hal yang seolah ditawarkan sebagai solusi ketika terpuruk.  Seperti biar terasa lebih ringan, dengarkan musik, supaya bisa melupakan tersedia minuman beralkohol yang bisa membuat peminumnya lupa akan kesediahannya.  Ketika jenuh dengan keadaan, ada tempat-tempat wisata yang bisa di kunjungi.  Apakah bisa mengendalikan situasi? Apakah itu solusi?  Mungkin, walau hanya sementara.

4. Keterpurukan, kadang membuat orang fokus ke diri sendiri (egois)

Mengalami situasi sulit, bisa membuat orang mencari solusi hanya untuk diri sendiri, lupa bahwa kesusahan itu juga di alami anak, istri, keluarga terdekat.  Solusi yang di cari dan di ambil kadang hanya fokus untuk diri sendiri, lupa bahwa anak, istri juga menjadi tanggung jawabnya.  Jangan mempersempit pemikiran dan mempersulit situasi.

5. Dalam situasi di titik terendah, sering membuat orang malah menjauhi sang Pencipta.

Alasan klise yang sering kita temui terhadap orang yang sedang terpuruk adalah menyalahkan Tuhan  yang akhirnya menjauhiNya.  Kepercayaan bahwa rancangan Tuhan bagi hidupnya adalah yang terbaik, tetapi sering tidak siap menghadapi situasi buruk, kejadian tak terduga yang merugikan dan kejadian yang tidak pernah masuk dalam rancangannya.  Kebiasaan menyalahkan apapun termasuk Tuhan adalah perilaku buruk yang akan memperkeruh situasi.  Tuhan tidak pernah salah, sebaliknya Tuhan sangat bisa dan mau mengampuni kesalahan.

6. Dalam kepanikan dan situasi kacau, lebih tepat kalau bisa mengendalikan diri.

Dalam renungan ini orang lain sering memaklumi ketika dalam situasi kacau dan genting, orang yang mengalami boleh melampiaskan emosinya dengan berteriak-teriak, ngomong kacau dan kotor, merusak barang dan lain-lain.  Mungkin membiarkan orang tersebut jadi tenang kalau sudah terlampiaskan emosinya.  Asal tidak berlarut-larut dan memperburuk situasi masih bisa di terima. Bagaimanapun ketenangan sangat dibutuhkan agar tidak slah dalam mengambil keputusan selanjutnya.

7. Daud mengajarkan dan memberi contoh: dalam keputus asaan dan dalam situasi terpuruk, menguatkan imannya kepada Tuhan.

Dalam renungan ini contoh orang (Daud) yang benar-benar percaya kepada Tuhannya.  Orang akan terlihat percaya kepada Tuhannya kuat atau lemah, sejati atau palsu, sungguh-sungguh atau asal-asalan.  Meyakini Tuhan dengan tulus atau tidak, hanya dari kata orang atau punya pengalaman iman kepada Tuhan yang benar atau tidak.  Dalam situasi enak, baik, diberkati, lancar dan tidak ada masalah apapun, mudah sekali berkata Tuhan itu baik, untuk selama-lamanya kasih setiaNya.  Sebaliknya ketika situasi buruk,kegelapan hidup melanda orang menjadi tidak bisa “melihat” Tuhan.

Kesimpulan

Dalam Renungan Penata Kehidupan hari ini, mengajak pembaca agar selalu siap menghadapi situasi yang kadang berubah begitu mendadak.  Bukan supaya panik, makin takut dan susah dalam menjalani hidup tetapi biar siap.

Mau gak main, situasi buruk sering mempengaruhi keimanan seseorang, mempertanyakan kepada Tuhan dan menanyakan tentang Tuhan sudah biasa kita dengar.  Menjadi lemah dan menjauhi Tuhan sudah banyak kasus yang terjadi.  Jangan menambahi orang yang jadi ragu dengan Tuhan di kala terpuruk.

Marilah kita memandang, menerima dan percaya dalam segala situasi kepada Tuhan sambil meyakini situasi akan berubah, pertolonganNya akan bersegera dan kita akan terangkat dari kesusahan yang sedang melanda.  Tetaplah dalam Tuhan.

Tinggalkan komentar