Renungan Penata Kehidupan – Etika: Adat Beradab Bergenerasi

RENUNGAN PENATA KEHIDUPAN

ETIKA: ADAT BERADAB BERGENERASI

“Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih.”
1 Timotius 6 : 2a

 

Bapak, ibu dan saudara, seluruh pembaca Renungan Penata Kehidupan yang terkasih, salam jumpa lagi dalam renungan kali ini.  Saya berharap semua dalam kasih dan perlindungan Tuhan, terpelihara dengan sempurna serat dalam keadaan baik-baik dan sehat-sehat semua.  Salam sejahtera bagi kita semua.

Renungan Penata kehidupan kali ini mengulas tentang etika, yang ulasannya lebih ringkas sebagai sopan santun.  Adab kehidupan yang sudah sangat lama ada dan menjadi kewajiban kita untuk tahu dan melaksanakan bahkan mengajarkan kepada generasi berikutnya.  Sopan santun telah menjadi keprihatinan dari kelompok yang lebih tua karena generasi muda sudah “luntur” atau sudah tidak menghormati generasi yang lebih tua. Sedangkan, generasi muda mungkin mereka menganggap sudah biasa berperilaku demikian karena tidak ada yang memberitahu apalagi mengajarkan.

Ayat yang kita baca di atas, itu hanya satu hal dari banyak hal yang sedang dinasehatkan Paulus kepada Timotius.  Sekalipun ayatnya agak panjang, kita akan memetik pelajaran yang baik tentang etika bersopan santun.  Sedikit tentang ayat itu: kelihatannya Rasul Paulus juga menemukan “pelanggaran etika” dari para budak dengan tuannya karena sekarang mereka menjadi Kristen, menjadi orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kata “saudara dalam Kristus” telah menjadi alat bagi para budak untuk berubah perilaku dan posisi mereka terhadap tuannya. Ada sedikit aroma “ngelunjak” karena persaudaraan secara Kristen.

Rasul Paulus menyayangkan sikap ini dari para budak/hamba.  Posisi baru dalam Kristus telah membuat semua yang percaya sejajar/equal, saudara dalam Tuhan karena telah disatukan dengan darah Kristus sebagai umat tebusan.  Namun demikian kesetaraan itu jangan sebagai alasan untuk menaikkan derajad para budak dengan mengubah sikapnya kepada tuannya.  Nasehat Paulus malah sebaliknya: layani lebih baik, kerja lebih tekun dan hormati tuannya lebih dari sebelum bertobat.

Renungan Penata Kehidupan – ETIKA: ADAT BERADAB BERGENERASI

Ada tindak kesopanan sederhana yang masih patut untuk dilakukan dan disampaikan kepada generasi masa kini, nilai diri akan tercermin dari sikap dan tindakan ini.  Harga diri akan terjaga baik dan tidak direndahkan, apa saja itu? :

1. Ketika menelepon seseorang

Sudah beberapa kali panggilan tidak direspon, berhentilah.  Mungkin yang di telepon sedang sibuk, sinyal terganggu atau sedang tidak mau menerima panggilan.  Lebih baik sebelumnya mengirim pesan apakah bisa menghubungi dengan bertelepon? Atau kalau sudah terlanjur telepon tetapi tidak diangkat, mintalah maaf kalau tidak berkenan dan menanyakan kapan bisa menghubungi dengan bertelepon. Jangan memaksakan kehendak agar tidak tertutup kesempatan berkomunikasi di waktu selanjutnya.

2. Ketika ada yang berbaik hati dengan mentraktir makan di rumah makan bahkan restoran.

Sedapat mungkin kendalikan nafsu makanmu dengan memilih menu yang maksimal sama dengan pilihan yang mengajak.  Kecuali kita tinggal makan sesuai pesanan yang mentraktir makan.  Jaga harkatmu dalam hal makanan, bahkan soal makanan bisa menjadi “cap” diri kita sebagai orang yang rakus makanan atau aji mumpung dalam hal makan walau dengan alasan “perbaikan gizi.”

3. Humoris

Merupakan salah satu kemampuan yang spesial yang di senangi banyak orang. Suasana jadi hidup, segar, ramai ketika humor-humor disajikan dalam situasi yang tepat.  Bahkan suasana seperti itu di tunggu-tunggu, orang akan merasa kehilangan, sepi dan kangen dengan seseorang yang bisa bercanda, humoris.  Namun kalau kita menilik pribadi lepas pribadi akan menemukan orang yang tidak selalu suka bercanda.  Hati-hatilah supaya tidak bercanda kepada semua orang, kenali sifat dan karakternya sebelum mengajak bercanda.

4. Jangan terlalu “kepo” dengan orang lain.

Jangan melewati batas personal.  Ingat ada hal-hal tertentu yang mungkin jadi “aib” bagi seseorang seperti: belum menikah walau usianya sudah cukup; sudah menikah tetapi belum punya momongan; sudah lulus kuliah tetapi belum bekerja; sudah bekerja tetapi belum punya properti sebagai hasil kerja dan lain sebagainya.  Ada pertanyaan lain bahka topik luas lain yang bisa diangkat sebagai bahan pembicaraan.

5. Peka dan siap sedia menolong.

Dalam kehidupan sehari-hari kadang kita menemukan hal sederhana tetapi butuh kepekaan dan kecepatan secara nurani untuk bersikap.  Orang tua, difabel atau orang yang takut menyeberang jalanan yang rame, kita perlu turun tangan untuk menolongnya tanpa pamrih.  Dalam kendaraan umum, perlu keikhlasan memberi tempat duduknya bagi yang lebih membutuhkan seperti orang tua, ibu hamil, difabel.  Belum lagi kejadian besar seperti bencana.  Kita prihatin kejadian yang perlu uluran tangan tetapi malah menjadi objek konten, memfoto, memvideo untuk kepentingan tertentu.

6. Memberi pujian, supporting dan kritik.

Kita mengenal “reward and punishment” penghargaan dan kritikan.  Berilah pujian dan penghargaan di muka umum, di lihat orang banyak, itu jiwa kesatria.  Jangan mengkritik seseorang di hadapan orang banyak, maksudmu baik tetapi caranya salah. Bahkan akan membuat seseorang hancur harga dirinya, menimbulkan konflik serta bisa membunuh karakternya.  Kalau punya misi perbaikan dari kesalahan, demi hidup yang lebih baik, beri saran,kritik dan solusi secara tertutup dan full personality.  Sekaligus merahasiakan semua data dan tidak mengumbar sebagai bahan cerita kepada pihak lain.

7. Biasakan memberi respon terhadap pesan yang kita terima.

Kemajuan dunia telekomunikasi telah membawa kita bisa terhubung dengan siapapun dan di manapun tanpa terkendala jarak dan waktu.  Aplikasi “Whatsapp, X, instagram” dan lain-lain telah menjadi sarana penghubung dengan siapapun.  Biasakan memberi respon atas pesan-pesan yang masuk walaupun tidak bisa spontan dilakukan.  Tidak selalu dengan kata-kata karena ada “emoticon” dan “sticker” yang bisa mewakili situasi dan pendapat kita. Jadikan orang lain tahu bahwa kita bijak dalam media sosial.

KESIMPULAN

Tentu masih banyak hal lain yang bisa menjadikan kita sopan dalam seluruh hal di dalam hidup ini.  Namun beberapa hal yang tertulis ini bisa menjadi inspirasi dan membuahkan ide baik lainnya.  Semoga berguna, sokur-sokur menjadi berkat.  Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Tinggalkan komentar