Renungan Kehidupan – Keberhasilan dan Kebijaksanaan

RENUNGAN PENATA KEHIDUPAN 04

KEBERHASILAN DAN KEBIJAKSANAAN

“….haruskah aku mengejar….dan Ia berfirman: “Kejarlah,….

1 Samuel 30:8

 

Renungan Penata Kehidupan kali ini melanjutkan pembahasan dari riwayat Daud ketika mengalami kesusahan besar dan berat di Ziklag.  Keputusan yang di ambil untuk tetap menguatkan imannya kepada Tuhan menghasilkan jawaban atas doanya seperti yang tertulis di atas.  Ini titik balik yang menyejukkan dan walau belum dikerjakan tetapi sudah mendapat jaminan dari Tuhan.

Para pembaca renungan kehidupan yang budiman, kalau kita mengulik sedikit ke belakang, kita tahu bahwa Daud ini telah di urapi/di tahbis jadi raja tetapi belum menjadi raja apalagi duduk di singgasana.  Malahan, dia sedang berjuang mempertahankan nyawa supaya tetap hidup.  Nyawanya terancam dan selalu mendapat ancaman untuk di bunuh. Bukan oleh musuh tetapi oleh raja Israel (Saul) sendiri yang notabenenya: ayah mertua, raja yang di bantu. Daud tidak punya kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati serta ketetapan hati Daud kepada raja tidak perlu diragukan lagi.

Dalam upayanya untuk tetap hidup dengan tidak kehilangan nyawa, berbagi cara Daud lakukan. Mulai dari lari satu tempat ke tempat lain, kemudian pernah berkelakuan seperti orang gila,  serta menjadi ketua gerombolan perampok.  Pernah juga menjadi orang asing di negara lain dan dalam bacaan di 1 Samuel 29 di sebutkan dia dan kelompoknya bergabung dengan tentara negara asing (Filistin).  Kita bisa belajar bagaimana Daud berjuang mati-matian supaya tidak mati.  Sudah di tetapkan sebagai Raja, tetapi dengan sabar dan bijaksana tidak merebut kekuasaan.  Dia tidak tergesa-gesa untuk menduduki jabatan bahkan semua pengalaman, termasuk pengalaman buruk dan mengancam, tidak mengubah pendiriannya:”Tetap percaya Tuhan dan tidak mau melampaui segala rancanganNya.”

Menilik pengalaman pahit dan menyakitkan pada bacaan 1 Samuel 30:8-25, ada banyak pelajaran baik untuk menata kehidupan kita agar semakin baik, bijak dan terkendali.  Apa sajakah itu?

1. Daud tetap konsisten

Daud dalam menghadapi situasi genting yang juga mengancam nyawanya bukan lagi dari musuh tetapi dari kawan seperjuangannya.  Sekalipun kita meragukan iman percaya dari para anggota gerombolan itu, menariknya Daud tetap konsisten imannya kepada Tuhan.  Dan sekalipun banyak masalah, pergumulan bahkan ujian terhadap imannya, Daud tidak terpengaruh. Ancaman, kesulitan yang di alami berkali-kali tidak membuat kacau imannya

2. Tidak terlalu gampang menjustifikasikan Tuhan.

Kadang orang gampang menyalahkan pihak lain karena merasa benar.  Kebenaran pribadi dijadikan tolok ukur untuk menyalahkan orang lain, situasi bahkan Tuhan.  Ini perilaku yang tidak baik bahkan penghakiman yang terlalu cepat.  Daud mengajarkan hidup yang realistis, tidak mudah menilai sesuatu hanya dengan salah atau benar.  Apalagi dengan Tuhan.

3. Untuk meraih kemenangan, perlu perjuangan yang gigih dan pantang menyerah

Konfirmasi dari Tuhan yang tegas menyatakan bahwa Daud boleh mengejar musuhnya bahkan dijamin menang tetap akan menjadi slogan dan kata-kata manis kalau tidak ada langkah-langkah kongkret. Penegasan Tuhan membuat semangat Daud menyala untuk bersegera mengejar musuh, tanpa menunda atau mundur dengan alasan mencari waktu yang tepat.

4. Semangat tetapi tetap berhikmat

Tidak di pungkiri, jawaban Tuhan atas permintaan (Doa) Daud, membuat mata berbinar, semangat baru muncul kekuatan baru juga muncul.  Keterpurukan membangkitkan kekuatan.  Langkah segera di ambil, pengejaran segera dilakukan, namun dalam perjalanan ada sesuatu yang terjadi yang tidak di perhitungkan, yaitu kelelahan bagi sebagian anggota kelompoknya dan posisi musuh yang sudah beberapa hari meninggalkan Ziklag.  Hikmat Daud menuntun untuk membuat keputusan: yang sangat lelah berhenti, yang masih kuat lanjutkan pengejaran.  Ketika jejak-jejak perjalanan sudah kabur atau terhapus karena situasi geografis saat itu, Tuhan menyediakan pemuda budak Mesir yang sakit dan kelaparan untuk menjadi penunjuk arah dan posisi musuh.  Musuh yang sudah diketahui posisinya dan sedang  pesta kemenangan tetap di biarkan dulu, baru memutuskan untuk memeranginya.

5. Kemenangan murni yang tidak harus di ciderai

Peperangan tidak bisa dipungkiri, kemenangan Daud harus di akui, hasil besar di dapatkan.  Bukan hanya mendapat kembali istri-istri dan anak-anak, tetapi juga mendapat harta jarahan.  Rasa lelah terbayarkan, tangis kehilangan juga sudah usai.  Kembali ke asal dengan sorak kemenangan.  Namun demikian ada saja tantangan yang muncul di tengah sukacita kemenangan.  Merasa ikut berjuang secara “all out” di bandingkan dengan yang ikut tetapi berhenti di jalan telah menjadi pergunjingan bahkan sebagai usul untuk mempengaruhi pendapat Daud.  Sebagai pemimpin yang bijak, daud menampung pendapat yang meminta agar yang berhenti di seberang sungai hanya menerima keluarga dan harta yang di punyai,tidak perlu mendapat harta jarahan.  Hebatnya, Daud tidak menggubris pendapat itu sekalipun di suarakan dengan keras oleh orang-orang garis keras.  Daud menghargai semua perjuangan dari gerombolannya. Semua pejuang, semua layak menerima pembagian yang adil.  Kemenangan ini adalah kemenangan bersama, sukacita atas kemenangan juga sukacita bersama, hasil yang di dapat bukan tujuan awal dalam rangka pengejaran musuh.  Tidak boleh ada yang merasa lebih pahlawan, tetapi hasil bersama seluruh tim.

Kesimpulan

Dalam kehidupan kita, ada saat-saat di mana hasil perjuangan yang di dapat merupakan kerja bersama.  Dalam melaksanakan kerja bersama itu, ada yang di depan, kelihatan dan mungkin menonjol tetapi ada orang-orang lain yang sama-sama bekerja di belakang panggung.  Ketika bicara tentang hasil, kadang ini jadi problema baru yang bisa merusak sukacita keberhasilan.  Tidak jarang ini menjadi faktor penghancur bagi sebuah tim, kongsi maupun perusahaan “joint venture.”  Legowo, berbesar hati dan tidak egois akan menyelamatkan sebuah tim atau sebuah kerjasama dengan berbagai pihak.  Pilihan Daud untuk menguatkan imannya dan mendengar suara Tuhan juga menuntun dia agar memiliki hikmat dal berkata-kata dan bertindak.  Ada saja cobaan yang harus di hadapi yang kadang kita datang tidak dari jauh tetapi dari teman sendiri.

Renungan Penata Kehidupan ini mengajar kita agar tetap berhikmat, penuh waspada dan tetap peka terhadap segala ide, perkataan yang bisa membuat kita saat berkeputusan.  Mungkin juga pernah gagal dalam membuat keputusan, tetapi belajar dari situ akan mengajar kita tentang artinya keberhasilan dan tertuntun untuk membuat keputusan dengan sangan bijaksanan.

Tinggalkan komentar