Kepenuhan Roh Tidak Menjamin Orang Jadi Baik

RENUNGAN PENATA KEHIDUPAN

KEPENUHAN ROH TIDAK MENJAMIN ORANG JADI BAIK

“Lalu pergilah ia (Saul) ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada dia pun hinggaplah Roh Allah dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi,….”
1 Samuel 19 : 23

 

Fenomena kepenuhan Roh kudus selalu menarik untuk di ulik, di amati bahkan layak untuk di telusuri sebagai bagian dari perjalanan iman.  Ada yang tetap pada pendiriannya untuk tidak perlu mengalami pengalaman kepenuhan Roh Kudus karena secara doktrin yang disepakati tidak ada fenomena itu.  Bahkan tidak jarang menjustifikasi dengan mengatakan itu dari setan, bukan dari Tuhan. Orang Kristen yang setuju hanya mengiyakan saja.

Sementara ada pihak lain yang begitu “memburu” pengalaman kepenuhan Roh Allah.  Ada perasaan ingin, mengingini lagi dan lagi.   Ada ibadah khusus yang rutin di adakan dan selalu mendorong yang datang untuk mengalaminya.  Bahkan ada yang merasa “dipaksa” mengalami.  Ada dorongan-dorongan untuk paham karena masifnya pengajaran tentang itu.  Penekanan yang kuat membuat orang punya pengalaman baru: dipenuhi Roh Allah.

Ada orang-orang yang awalnya tidak mengenal bahkan anti kepenuhan Roh Allah, namun dalam perjalanan keimanannya akhirnya mengalami peristiwa kepenuhan.  Tentu ini fenomenal, menggairahkan hidup Kristennya dan mengubah paradigmanya dalam memahami ajaran Kristen.  Semangat baru di dapat, keinginan untuk lebih dekat kepada Tuhan menjadi semakin kuat dan tidak lagi puas sebagai orang yang beragama Kristen dengan melakukan ritualistik keagamaan.

Yang jadi pertanyaan adalah: pengalaman kepenuhan Roh Allah bahkan sampai memburu dan ingin mengalami berulang-ulang itu berdampak positif bagi kemajuan dan perubahan keimanannya atau tidak?  Atau malah jadi sombong karena apa yang dicari, diburu sudah didapat sambil meremehkan orang lain yang juga mengingini pengalaman kepenuhan Roh Allah tetapi belum mendapatkannya. Di sisi yang lain, merasa lebih rohani, lebih disayang Tuhan, merasa level kepercayaannya meningkat dan lain sebagainya.

Di sinilah pentingnya kita membahas kepenuhan Roh Allah tidak menjamin seseorang menjadi lebih baik, lebih rohani, level kerohaniannya lebih tinggi dan lain sebagainya.  Beberapa hal harus kita pahami:

1 Yang utama dan terpenting: kepenuhan Roh Allah adalah hak prerogatif Allah sendiri.

Teks yang kita baca di atas, terambil dari peristiwa kepenuhan Roh Allah yang di alami Raja Saul.  Sebenarnya yang mengalami fenomena itu bukan hanya Raja Saul tetapi banyak.  Tetapi yang harus kita garis bawahi adalah peristiwa itu sepenuhnya hak Tuhan untuk memenuhi siapa pun.  Nabi besar sekelas Samuel pun tidak sanggup untuk menghadirkan fenomena itu.  Manusia, siapa pun mereka hanya pada posisi “meminta” atau “diberi.”  Hak prerogatif Tuhan inilah yang membebaskan Tuhan untuk memenuhi siapa pun.  Standar kelayakannya bukan manusia yang menyodorkan atau berdasar analisis benar atau salah, layak atau tidak.  Sepenuhnya ada pada Allah.

2 Kepenuhan Roh Allah, tidak selalu terjadi karena ibadah khusus atau dengan ritual tertentu

Mempelajari peristiwa di Nayot dekat Rama tempat tinggal nabi Samuel, terlihat bahwa itu terjadi bukan semata-mata atau dalam setingan ibadah kepenuhan Roh Allah.  Benang merahnya, peristiwa itu masih berkait pelarian Daud dari kejaran Saul karena mau di bunuh.  Perjumpaan Daud dengan Samuel bukan jumpa kangen-kangenan tetapi perjumpaan yang penuh risiko.  Ingat imam Ahimelekh di Nob yang di bunuh secara keji beserta kluarga dan sanak saudaranya karena menolong Daud.  Hal demikian bisa juga di alami Samuel, nasibnya bisa seperti Ahimelekh, yaitu di bunuh secara kejam oleh raja Saul.  Kepergian ke Nayot lebih sebagai pelarian untuk bersembunyi.  Kalaupun di Nayot mengalami kepenuhan Roh Allah lebih ke arti penguatan iman, tanda kehadiran Tuhan dan memberi penegasan bahwa Daud dan Samuel di cover Tuhan. Ke Nayot bukan ritual mencari tempat istimewa untuk ketemu Tuhan apalagi berharap kepenuhan Roh Allah.

3 Kepenuhan Roh Allah membangun kerohanian

Bagi Samuel dan rombongan nabi, pengalaman kepenuhan Roh Allah bisa jadi bukan yang pertama tetapi tetap sangat berarti sesuai panggilannya sebagai nabi.  Pengalaman seperti ini sangat di butuhkan oleh orang-orang yang terpanggil untuk bersuara dan menyuarakan firman Allah.ini menjadi semacam legitimasi atas panggilannya.  Raihlah pengalaman ini.  Bagi Daud, pengalamanan ini menjadi sangat penting dalam upaya mempertahankan nyawanya.  Segala usaha meluputkan diri dari kejaran Saul masuk dalam ranah kehendak Tuhan. Berkecamuknya rasa kesendirian, berjuang sendiri, berpikir dan bertindak sendiri bisa terpatahkan dengan pengalaman kepenuhan Roh Allah.  Daud menjadi makin yakin di tidak sendirian, kehadiran orang-orang yang membantu dalam perjuangannya tetap berarti tapi menjadi lebih berarti karena Tuhan di pihaknya.  Letih lesu secara pisik terbayarkan dengan pengalaman itu.

4 Kepenuhan Roh Allah tidak akan berarti apa-apa bagi orang seperti Saul

Roh yang memenuhi Samuel, Daud, rombongan nabi, prajurit yang di utus Saul dan raja Saul sendiri adalah Roh yang sama.  Mengapa hasilnya berbeda?  Perbedaannya ada di siapa yang menjadi pusat hidupnya?  Siapa yang memimpin hidupnya? Siapa pemilik utama dalam hidupnya?  Paling tidak ada 2(dua) kubu: 1 pihak: seluruh hidupnya sudah sepenuhnya di serahkan kepada Tuhan. Dengan demikian sepenuhnya juga mengikuti pimpinan Tuhan. Pihak ini terwakili oleh Samuel, Daud dan rombongan nabi.  1(satu) pihak lainnya: hidupnya milik pribadi, sepenuhnya di pimpin oleh diri sendiri.  Pengenalan akan Tuhan bahkan ibadahnya hanya karena ritual keagamaan yang di ikuti.  Dalam hal ini, Saul dan prajuritnya termasuk kelompok ini.  Maka yang terjadi punya pengalaman sespektakuler seperti ini tidak berdampak dan tidak berarti apa-apa. Saul tetap jahat dan terus memburu Daud tanpa tersadarkan adanya pengalaman ilahi ini.

5 Bagi yang sudah sepenuhnya hidup ini milik Tuhan, ingini pengalaman kepenuhan Roh Allah

Tanda yang menguatkan dan sangat berpengaruh tentunya kehadiran Allah yang signifikan bagi hidup seseorang.  Perjalanan keimanannya akan berubah, makin kuat, makin semangat dan munculnya berbagai kemampuan spiritualitas untuk tetap bertahan dalam situasi apapun.  Jangan merasa puas hanya terbatas pada menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya, support rohani dengan tanda nyata kehadiranNya akan jauh berbeda pengaruhnya bagi orang percaya.  Milikilah pengalaman ini dengan meminta kepada Tuhan.  Kalau Tuhan berkenan, akan terjadi hebat dan spektaluler.

Kesimpulan

Pembaca yang di kasihi Tuhan, demikian Renungan Penata Kehidupan kali ini.  Penulis berharap agar kita tidak terjebak dalam diksi tentang perbedaan paham yang membawa pada ekstrem tertentu maupun sebagai pengikut buta.  Sebaliknya sangat berharap ada pengalaman kepenuhan Roh Allah dan dengan pengalaman itu iman di kuatkan, perasaan berjalan sendiri sebagai orang percaya terkikis dan membangkitkan kesiap sediaan baik maupun tidak baik waktunya untuk tetap mengikut Tuhan dan mengekspresikan iman dalam kehidupan sehari-hari.

Tinggalkan komentar