RENUNGAN PENATA KEHIDUPAN – PEMBAWA HIDUP DAMAI

RENUNGAN PENATA KEHIDUPAN (RPK) 

PEMBAWA HIDUP DAMAI

Bacaan : Kejadian 26:14-22

Dalam renungan penata kehidupan, menjalani kehidupan di manapun kita berada sering kali menemui hal-hal di luar dugaan.  Ironisnya kadang yang kita temui jauh dari harapan, jauh dari semua prediksi.  Maunya menemukan hal-hal yang baik, manis, keramahtamahan, sambutan yang meriah dan penuh dengan kedamaian, namu sebaliknya malah menemukan hal-hal yang menyusahkan. Banyak yang tidak siap dengan keadaan yang demikian, akibatnya bisa stess, panik, tidak tenang bahkan ada yang pingin pindah ke tempat lain walaupun rumah yang tinggali adalah rumahnya sendiri. Bukan rumah orang lain ataupun kontrak.  Memaksakan diri menghadapi situasi demikian butuh nyali dan kepercayaan diri dan iman yang kuat.

Renungan Penata Kehidupan Pembawa Hidup Damai

Dalam bacaan ini, kita menemukan hal yang sama atau mirip dengan kehidupan yang sedang kita hadapi, atau pernah kita hadapi.  Agak di maklumi apa yang di alami Ishak dan keluarganya mengalami hal tersebut mengingat mereka sebagai orang asing, orang yang sedang menumpang hidup di negara lain.  Mendapat ijin tinggal, boleh mengembangkan usahanya, bahkan berhasil dan di berkati, sudah menjadi tanda bahwa Ishak nyaman dan cocok dengan kondisi setempat.  Kepindahan dari tanah asal/negara asal ke negara lain dengan berbagai kendala yang bisa terjadi secara geografis Ishak tidak mengalami masalah yang berarti bahkan nasibnya begitu berubah.  Adaptasi secara teritori tidak menjadi masalah, ketrampilan/skill yang dimiliki dapat di aplikasikan tanpa kendala: bertani, beternak, usaha perdagangan lancar saja dijalankan.  Singkatnya, Ishak di Gerar sebagai orang asing, tidak terasing dan gagal dalam usaha melainkan sangat adaptif, cocok dan berhasil.  Tanah sekitar di tempat mereka tinggal memberi hasil luar biasa, padang penggembalaan cukup ada makanan bagi ternaknya, bahkan di bawah tanah ada air yang sangat penting bagi kehidupan. Semua yang di kerjakan  berhasil, terus bertambah dan sangat berhasil.

Namun ketika kita melihat lebih luas dalam memahami peristiwa sejarah tersebut, kita menemukan bahwa Ishak mengalami kejadian riil yang tidak berbanding lurus dengan keberhasilan hidup secara finansial.  Usaha berhasil, harta terus bertambah, kekuasaan makin luas dan di takuti tetapi sikap bangsa asli pemilik wilayah tersebut cemburu dan tidak suka.  Segala upaya di lakukan untuk menghambat, merintangi bahkan mereka menginginkan Ishak terusik dan terusir.  Sumur di tutup, sumur di gali di rebut, memicu pertengkaran dan ada saja yang dilakukan agar kedamaian hidup di Gerar tempat tinggal Ishak terusik.  Harta melimpah, alamnya damai tetapi kalau warga sekitar selalu memancing keributan pasti akan mengalami ketidakdamaian dalam hidup mereka.  Masalah selalu ada dan di adakan agar rusak kedamaian yang mereka alami. Sebuah situasi sulit dan mungkin lama, namun tetap harus di hadapi!!!

Pelajaran rohani apa saja yang dapat kita petik dari peristiwa itu? 

Ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup, ketika kita sedang mengalami, pernah mengalami atau sebagai persiapan seandainya suatu saat itu terjadi:

1. Sekalipun Ishak tidak disebut sebagai orang bijak (wise man) tetapi langkah -langkah yang diambil sangat bijaksana.

Mencermati  ayat-ayat renungan penata kehidupan yang kita baca hari ini terlihat dengan jelas kebijaksanaan Ishak dalam mengambil keputusan dan menjalankannya, seperti: di suruh pergi, pergi; lebih berkuasa tetapi mengalah saja;para gembala ribut, Ishak nyuruh mengalah, menggali sumur direbut, gali sumur tempat lain.  Tanda nyata seorang sebagai pembawa damai adalah, mengalah bukan karena tidak berani, menghindari keributan/pertengkaran bukan tidak punya nyali, tidak main kekuasaan tetapi semua langkah dan keputusannya terukur dan berlapis.

2. Berkuasa tetapi tidak untuk merebut kekuasaan

Sejarah mencatat bahwa makin banyak keberhasilan yang di dapat, makin jaya dan berkuasa.  Lebih-lebih ketika makin banyak pengikut berupa gembala ternak, budak-budak, pekerja perkebunan/pertanian dan lain-lain. Mereka menjadi aset yang bisa di gunakan untuk memperkuat kekuasaan bahkan untuk merebut kekuasaan.  Abimelek sebagai raja Filistin pun mengakui dan takut kekuasaannya di rebut.  Perang terbuka takut di hadapi, langkah halus dilakukan dengan mengusir/menyuruh pergi dengan baik-baik Ishak sekeluarga dan rombongannya.  Menariknya, Ishak tidak tertarik untuk menggunakan kekuasaannya untuk melawan.  Kekuatan yang di miliki cukup untuk mengembangkan diri, pertambahan harta dan kekayaannya bukan sebagai modal membangun kekuatan politik. Sebagai orang asing tetap sebagai penduduk sementara.  Merebut kekuasaan tidak menjadi tujuan bagi seorang  pembawa damai.  Makin berkuasa pun tidak akan mengubah pendiriannya sekalipun peluang itu ada dan terbuka.  Mencari dan menumpuk harta bukan modal mencari atau membeli atau merebut kekuasaan.  Kekuasaan yang di terapkan Ishak hanya bagaimana serombongannya hidup nyaman dalam berkarya dan hidup tenang sehari-hari.  Energinya tidak pernah di arahkan untuk sesuatu yang akan membawa masalah lain di kemudian hari.  Dalam renungan penata kehidupan, mengalah bukan berati kalah.

3. Sekalipun tidak “terlihat” Tuhan ada untuk menolong, mengintervensi masalah yang dihadapi, Ishak yakin Tuhan ada.

Menilik cerita sepanjang ayat yang sudah kita baca. Sepertinya Tuhan tidak peduli, tidak ambil bagian bahkan Tuhan tidak mendemonstrasikan kekuatan kuasaNya.  Secara rohani bisa menjadi tantangan.  Orang Kristen yang biasa memperhatikan kerohaniannya bisa mempertanyakan.  Ada saja alasan untuk mencurigai bahwa di saat-saat seperti itu sangat ingin “Tuhan mengambil alih” bahkan meminta Allah mendemonstrasikan kekuasaannya.  Tidak jarang yang akhirnya latah dengan mengklaim dan “menengking” permasalahan itu.   Menjadi rohani bukan masalah klaim mengklaim, menjadi rohani bukan masalah “tiada masalah” atau tersingkirnya semua permasalahan tetapi seberapa sanggup menjalani hidup bahkan ketika merasa di tempat yang salah.  Tuhan tetap ada dan tetap berkuasa, tidak berubah.  Tetapi kepanikan sebagai tanda bahwa kita masih belum hidup damai dengan semua orang dengan segala karakter dan pembawaannya.  Jangan menambahi masalah di tengah banyaknya persoalan yang sedang di hadapi dengan mempertanyakan Tuhan.  Tuhan sudah mempercayakan kekuatan, kesanggupan, daya pikir dan keberanian menghadapi risiko atas keputusan yang kita buat.  Terus percaya dan percayai bahwa Tuhan beserta kita, tetap menolong dan tetap di pihak kita.

Kesimpulan

Sebagai akhir dari renungan penata kehidupan ini, saya mengajak bapak, ibu dan saudara sekalian untuk tetap kuat, tidak panik dan berani bertahan dalam situasi yang kita alami yang mungkin sama atau mirip dengan apa yang di alami Ishak.  Ingat selama hidup di dunia keadan sekitar mungkin tidak sesuai seperti yang di harapkan.  Sering kali sebagai orang Kristen menemui hidup yang jauh dari kata nyaman dan damai.  Tetaplah berdamai dengan keadaan, jadilah pendamai dan jalani hidup sesuai iman Kristen.  Percayai bahwa segala sesuatu ada masanya, ada waktunya.  Tuhan tetap hadir walau kehadirannya tidak kita rasakan. Selamat menjalani hidup seperti nasehat firman Tuhan melalui Rasul Paulus di kitab Roma 12:18: “ Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”

Tinggalkan komentar